Rabu, 02 Februari 2011

Sosok yang menyebabkan anda ber-Internet ria

Twitter, Facebook, Google, dan banyak lagi nama-nama besar yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat saat ini mungkin tak akan pernah ada tanpa Tim Berners-Lee. Inilah pria yang pantas dijuluki sebagai ‘Bapak World Wide Web’.
Di sebuah kampus, seorang anak baru saja menyelesaikan bab terakhir dari skripsinya. Sebuah ujung dari perjuangan berbulan-bulan mencari data, meneliti, dan menelusuri berbagai pustaka rujukan. Lewat sebuah kotak kecil di layar ia menuliskan, “Akhirnya selesai juga!”.
Ribuan kilometer dari tempat anak itu, orangtuanya sedang menatap layar komputer. Kagum, heran, dan kadang malu melihat tingkah-polah anak-anak dan kemenakannya di website jejaring sosial. Status anaknya muncul tak berapa lama, ia pun membalas lewat kotak kecil di bawahnya, “Alhamdulillah”. Tak terasa matanya berkaca-kaca.
Kisah itu, dan ribuan kisah lainnya –mulai dari yang senang, sedih maupun mengerikan – bisa terwujud berkat tek­nologi yang bernama Internet dan World Wide Web. Kedua teknologi yang seakan-akan tidak terpisahkan, padahal sebenarnya adalah dua hal yang berbeda.
World Wide Web (www) berawal dari sebuah pemikiran seorang pelopor. Seorang jenius. Seorang inovator. Ia adalah Timothy John Berners-Lee atau lebih sering disebut Tim Berners-Lee.

Otak Manusia vs Otak Mesin

Bertahun-tahun lampau, saat Tim masih seorang anak dengan otak penuh rasa i­ngin tahu, ia berbincang-bincang de­ngan ayahnya. Conway Berners-Lee adalah seorang ahli matematika yang terlibat dalam pengembangan salah satu komputer  awal bernama Ferranti Mark 1.
Kepada Tim muda, Conway berkata bahwa otak manusia jauh lebih unggul dari komputer. Ketika manusia melihat suatu benda seperti pohon, ia mencontohkan, akan muncul berbagai pikiran lain di kepalanya. Misalnya, bagaimana teduhnya duduk-duduk di bawah pohon. Pikiran ini kemudian akan memicu pikiran lain, seperti menanam pohon di belakang rumah.
Rantai pemikiran yang saling terkait itu rupanya membuat Tim Berners-Lee terpesona. Rantai semacam itu juga yang di kemudian hari akan dikembangkan Tim untuk bisa diaplikasikan pada teknologi komputer. Sesuatu yang dikenal sebagai hypertext. Meskipun, pada saat itu, Tim belum tahu istilah hypertext.
Dengan otaknya yang cemerlang, Tim memutuskan untuk mempelajari Fisika sebagai bidang kuliahnya. Ia lulus pada 1976 dari The Queen’s College, Oxford di Inggris. Pada Desember 1980, Tim sempat melakukan kerja lepas di sebuah pusat riset fisika partikel bernama CERN.

Kelahiran World Wide Web

CERN adalah pusat riset yang be­sar dan memiliki banyak ilmuwan yang pada gilirannya menggunakan banyak software, komputer, dan juga memiliki banyak pengetahuan. Tim pun mengajukan sebuah proposal untuk mengembangkan proyek berbasis Hypertext.
Proyek itu bernama Enquire, yang memungkinkan orang-orang di CERN saling mengetahui ‘siapa yang mengerjakan proyek apa’, ‘software apa yang digunakan’, dan ‘di komputer mana sebuah software berada’.
Meski sempat meninggalkan CERN, pada 1984 Tim kembali ke pusat riset tersebut. Kali ini ia bukan lagi menjadi tenaga lepas, namun seorang fellow alias peneliti.
Pada 1989, CERN merupakan salah satu lokasi Internet terbesar di Eropa. Internet pada masa itu merupakan sebuah infrastruktur dan lebih banyak digunakan sebagai alat komunikasi (misalnya, lewat e-mail). “Saya gatal melihat potensi yang ada, menggabungkan ide soal hypertext dan menghubungkannya ke Transmission Control Protocol dan sistem nama domain dan –jreng jreng!– jadilah World Wide Web,” ujar Tim dalam sebuah tulisan di website konsorsium World Wide Web.
Proposal pengembangan World Wide Web dikerjakan Tim berdasarkan proyek Enquire yang pernah dilakukannya. Ia melakukan hal ini bersama Robert Cailliau, seorang peneliti yang sebenarnya juga memiliki ide serupa namun belum melibatkan Internet.
Salah satu yang dikembangkannya untuk proyek ini adalah sebuah browser bernama WorldWideWeb. Browser yang berjalan di komputer NeXTSTEP itu memiliki dua fungsi, melihat halaman web dan sekaligus menyuntingnya.

Membuat Internet lebih hidup

Internet merupakan sebuah infrastruktur jaringan komputer yang saling terkait di seluruh dunia. Dirancang oleh militer AS, Internet merupakan sebuah jaringan yang tak bisa dimatikan dengan mudah karena tak memiliki sistem yang terpusat.
Namun, Internet sebelum Tim Berners-Lee adalah tempat yang “gelap”. Mes­ki banyak komputer terhubung di Internet, data yang ada tak mudah diakses. Ja­ngankan masyarakat umum, para ilmuwan pun tak selalu bisa memanfaatkan Internet dengan baik.­
Tim Berners-Lee dan World Wide Web-nya mengubah hal itu. Ia mengembangkan program untuk membuat dokumen di Internet, yaitu Hypertext Markup Language alias HTML. Ia membuat program yang bisa saling menautkan dokumen-dokumen itu, bernama Hypertext Transfer Protocol (HTTP). Ia juga membuat program untuk menentukan letak program itu, Universal Resouce Locator alias URL.
Tidak berlebihan jika di kemudian hari, tepatnya pada tahun 2004, Tim Berners-Lee dinobatkan sebagai Kesatria oleh Ratu Inggris karena pencapaiannya dalam membangun World Wide Web. Pencapaian yang oleh Tim sendiri disebut sebagai ‘hanya sebuah program’.

Mimpi yang belum selesai

Pada awalnya, keinginan Tim Berners-Lee adalah membuat orang lebih mudah untuk mendapatkan data yang diinginkannya lewat Internet. Hal itu yang menjadi motivasinya dalam membangun sebuah sistem berbasis hypertext.
“Web adalah piranti kreatif, sebuah alat untuk berekspresi,” ujar Tim dalam suatu kesempatan.
Itulah mengapa Tim selalu mendukung upaya untuk membuat Internet bersifat terbuka. Ia tak ingin ada satu pun perusahaan yang mendominasi web.
Tim mendukung penuh gerakan bernama Net Neutrality. Menurut Tim, para penyelenggara jasa Internet di dunia tak boleh melakukan diskriminasi pada pelanggannya. Aktivitas pelanggan juga seharusnya tak boleh diawasi dan dibatasi tanpa persetujuan dari pelanggan itu.
Pada masa pengembangannya, sebelum web menjadi sebesar saat ini, Tim pernah didekati oleh berbagai perusahaan yang menawarkan untuk membeli teknologi itu. Namun Tim bersikeras de­ngan idealismenya menjadikan Web sebagai sesuatu yang terbuka.
Salah satu ketakutan terbesar Tim pada Internet adalah jika orang butuh membuka banyak browser untuk mengakses halaman-halaman web yang berbeda. “Navigasi web seharusnya merupakan hal yang terbuka. Jika pada suatu hari Anda membutuhkan enam browser yang berbeda, World Wide Web tak bisa lagi disebut World Wide Web,” tukasnya.
Dukungannya pada keterbukaan juga tercermin ketika pada 2009, ia membantu upaya pemerintah Inggris membuka diri lewat web. Data-data milik pemerin­tah Inggris, lewat program bernama Data.gov.uk, akan bisa diakses tanpa biaya.
“Perubahan ini mencerminkan perubahan besar di pemerintahan, yaitu asumsi bahwa semua informasi memang selayaknya berada di ranah publik kecuali ada alasan khusus – bukan sebaliknya. Keterbukaan, akuntabilitas, dan transparansi di pemerintahan akan memberikan lebih banyak pilihan bagi rakyat dan membuat individu lebih mudah untuk terlibat dalam isu-isu yang penting bagi mereka,” tutur Tim.

Berbaring menatap bintang dengan kaki telanjang

Entah mengapa, jenius, orang gila, dan seniman besar biasanya memiliki perilaku yang eksentrik. Setidaknya bagi orang ‘biasa’ di sekitar mereka, mahluk-mahluk itu akan nampak sangat ‘ajaib’.
Demikian juga dengan Tim Berners-Lee yang oleh banyak rekannya digambarkan sebagai seorang jenius. Perilakunya kerap membuat bi­ngung orang di sekitarnya, meskipun mereka pada akhirnya bisa memaklumi.
Pada waktu bekerja di CERN, antara 1980 – 1984, Tim pernah bekerja di sebuah perusahaan komputer bernama Image Computers Systems Ltd. Sang pemilik, John Poole, menyebut Tim sebagai orang terpandai yang pernah ditemuinya. “Saya tak mudah menyebut orang sebagai jenius, namun Tim adalah satu orang yang menurutku paling mendekati kata itu. Jika bicara, ia sangat cepat, seakan-akan mulutnya berusaha me­ngimbangi kecepatannya berpikir,” tutur Poole. “Ketika ia mencari inspirasi, ia akan berbaring menatap langit. Di lain waktu, ia akan menanggalkan alas kakinya,” Poole melanjutkan.
Sosok yang ajaib ini kerap menghabiskan waktunya berbaring menghadap la­ngit sambil berpikir, terutama di dekat sungai-sungai kecil yang bergemericik, di bawah pepohonan yang teduh.
Bagi teman-teman dekatnya, Tim adalah seorang yang ramah, hangat, dan kerap menghidupkan suasana. Namun bagi publik, ia adalah orang yang tertutup. Ia tak membolehkan orang untuk mengetahui sisi pribadi kehidupannya.
Data Diri
Nama: Timothy John Berners Lee atau Sir Tim Berners-Lee atau Sir Tim Berners-Lee
Lahir: 8 Juni 1955, Inggris
Pendidikan: Queen’s College, Oxford.
Jabatan: Profesor di MIT, Direktur  World Wide Web Consortium,  Pendiri World Wide Web Foundation.
Prestasi: Penemu World Wide Web

Tidak ada komentar:

Posting Komentar